One Spring Day Chapter 3
Inilah saat
yang ditunggu-tunggu oleh para siswa Universitas Shinhwa, setiap 1 menit
menjelang bel pulang sekolah berbunyi aktivitas yang pasti akan mereka lakukan disaat-saat
seperti itu adalah menghitung detik-detik terakhir bel tersebut akan berbunyi,
dan pada hitungan 5, 4, 3, 2, 1 kriiinnnggg… bel pun akhirnya berbunyi. Semua siswa
sontak berjalan keluar kelas. Tetapi tidak untuk Anne dan Yuri setelah semua
jam pelajaran berakhir pada sore hari ini mereka harus segera bergegas untuk
menemui Hye Ri sahabatnya itu, yang saat ini sedang terbaring lemas di ruang
UKS. Sesampainya di depan pintu mereka mendengar suara oppa Jinwoon yang
tampaknya sedang bercakap-cakap dengan sahabatnya itu.
‘’ Kau sudah
sadar?’’ Tanya JinWoon
‘’Kenapa aku
bisa berada di tempat ini’’
‘’Kau pingsan
saat jam pelajaran olahraga sedang berlangsung’’ Ujar JinWoon datar.
‘’Pingsan?’’
‘’Ne
memangnya kau tidak ingat?, tiba-tiba saja hidungmu mengeluarkan darah, suhu
badanmu tinggi dan tahu-tahu kau jatuh pingsan, ya untungnya kedua sahabatmu
itu beserta dua murid lainnya membawamu ke tempat ini’’
‘’Lalu kenapa
oppa bisa berada di tempat ini?’’
‘’3 hari
kedepan aku diberi tugas oleh Kepala Sekolah untuk menjadi dokter pengganti di
tempat ini menggantikan dokter yang biasanya bertugas disini’’
‘’Oh,
memangnya dokter itu kemana?’’
‘’Dia sedang
cuti selama 3 hari’’
‘’ Oppa…’’
‘’Hn’’
‘’Mianhae
karena telah merepotkanmu’’
‘’Sudahlah,
aku juga lebih suka kalau harus bertugas sebagai dokter di tempat ini dari pada
harus mengikuti pelajaran Kim Soo seonsaengnim’’
‘’Terima
kasih karena oppa telah merawatku, kalau begitu aku pulang dulu’’ Ujar Hye Ri
yang berusaha bangun dari tempat tidur.
‘’Jangan
memaksakan diri kau itu masih lemas, kuantar kau pulang sekarang’’
‘’Anniya,
aku..aku bisa naik bus dari halte dekat sekolah kok oppa’’
‘’Ishh kau
itu, kalau kau pingsan atau hidungmu itu kembali mengeluarkan darah bagaimana?
Kalau kau sampai kenapa-kenapa nanti aku yang disalahkan oleh Kepala Sekolah
tau’’
Mendengar
ucapan JinWoon itu Hye Ri pun langsung terhenyak. Tetapi keheningan itu tidak
berlangsung lama ketika kedua sahabat Hye Ri yaitu Yuri dan Anne
menghampirinya.
‘’Hye Ri kau
sudah baikan?’’
‘’Ne,
sekarang ayo kita pulang’’
Ketika hendak
turun dari tempat tidurnya tiba-tiba saja JinWoon menahan tangan Hye Ri dan
berkata…
‘’Tidak
boleh, kau sekarang pulang bersamaku’’
‘’Tapi…tapi
oppa’’
‘’Tidak ada
tapi-tapian’’
‘’Bagaimana
dengan Yuri dan Anne, aku sudah janji akan pulang bersama dengan mereka’’
‘’Gwenchana
Hye Ri, hati-hati di jalan ya’’ Ujar Yuri
JinWoon pun
akhirnya menarik Hye Ri menuju halaman parkir sekolah tempat dimana mobilnya
berada.
Hye Ri P.O.V
‘’Dasar dia
itu, dia anggap aku ini apa memangnya? Aku kan juga Mahasiswi Universitas
Kedokteran ternama memangnya cuma dia saja yang tahu kondisiku saat ini, dasar
JinWoon oppa menyebalkan!’’ Ketus Hye Ri di dalam hatinya.
Perjalanan
menuju rumah Hye Ri berlangsung penuh dengan keheningan ….
‘’Sejak kapan
kondisimu seperti itu?’’
‘’Memang
kalau aku beritahu ada hubungannya denganmu, kau itu kan bukan kakakku atau
orang yang paling berharga bagiku kan, jadi untuk apa kau tahu kondisiku’’
Mendengar itu
semua JinWoon terdiam dan berpikir ulang.
JinWoon P.O.V
‘’Dia benar,
aku bukanlah orang yang dekat atau berarti bagi dirinya’’
Sesampainya di rumah Hye Ri …
‘’Terima
kasih karena telah mengantarku ke rumah’’
‘’Hye Ri kau
sudah pulang?’’ Ujar seseorang dari dalam rumah yang tak lain dan tak bukan
adalah Umma dari Hye Ri
‘’Oppa nanti
kalau umma bertanya tentang kondisi tubuhku di sekolah tolong jangan beritahu
yang sebenarnya ya, aku takut umma terlalu bersikap khawatir padaku’’
‘’Ne aku
mengerti ‘’
‘’Kau teman
Hye Ri ya?Terima kasih karena kau telah mengantar anakku pulang ke rumah ‘’
‘’Ne’’
‘’Umma kalau
begitu aku masuk ke dalam rumah dulu ya’’
‘’Oh ya siapa
namamu nak?’’
‘’JinWoon’’
‘’Bagaimana
kondisi tubuh Hye Ri di sekolah apa dia pingsan atau lain sebagainya?’’
‘’Hmmm…Anniya’’
‘’Oh ya boleh
saya minta bantuanmu JinWoon? Tolong jaga Hye Ri baik-baik ya, akhir-akhir ini
kondisi tubuhnya menurun saya takut kalau penyakit…’’
Suasana seketika
menjadi hening
‘’Memangnya
Hye Ri kenapa ?’’
‘’Hmm tidak,
saya hanya takut kalau suatu saat dia harus menghilang karena dia hanya
satu-satunya anak yang tante miliki, bisakan kau jaga dia sampai nanti tante
pulang dari Amerika?’’
‘’Baiklah, oh
ya saya pamit pulang dulu’’
‘’Hati-hati
di jalan’’
‘’Ne’’
To Be Continued …
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking